Ke Pak Anas Kepanasan

Pas Lebaran hari ke-3, lima remaja ingusan (eh 4 ditambah aku yang abnormal) berencana buat silaturahmi atau silaturahim (yang bener yang mana sih?) ke rumah pak Anas.

Kenapa harus ke rumah pak Anas? Karena kita gak tahu rumahnya si Abdel (lho?)
Whatever. . . (Hari ini saya sedang bingung merangkai kata-kata)

Eh sejak kapan aku ngomong pake kata "saya"?
Haish postingan ni makin kacau nih kayaknya. . .

Wait a minute! I need to repair my brain!
Aku tinggal ke WC dulu ya!

Okay hari ini aku mau nyoba pake kata-kata gaul khas Jakarta. . .
Gua, Andhika, dan peliharaan gua "Reza" berangkat dari bandara Plandi jam 09.30 dengan menaiki jurusan Jepang (Jenar-Pangen) eh? Emang ada?
Whatever!

Mendarat di Niten dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Purworejo ke depan pintu gerbang keramaian Niten yang beradu, bergulat, adil, dan njamur (diambil dari pembukaan Undang-Undang Nyasar...lho?)

Kita transit dulu ke rumahnya si Anik buat istirahat sekalian silaturahmi (dengan misi rahasia ngehabisin makanan di sana).

Walau gagal menjalankan misi, kita (ditambah Anik dan Septy) pergi ke Perum Boro Mukti tempat dimana persembunyian pak Anas berada.

Sialnya nih, angkot yang kita naiki salah jalur (gak belok pas di pertigaan don boskow)
Kita semua teriak "KIRIII!!!" Angkot pun mengerem mendadak dengan sedikit teknik nge-drift ala mostwanted. . .

Alhasil kita jalan kaki dari don boskow sampai tujuan. . .

God! Gua artis yang merasa terhina karena harus terlunta-lunta di pinggir jalan dengan temen-temen yang gak waras (okay, lebay deh ih, cucok bo!)

Tebak! Apa yang kita dapat setelah sampai di rumah pak Anas?

SAUDARA-SAUDARA! SEBANGSAT DAN SETANAH AIR!

Pak Anas ternyata lagi mudik ke Jogja, dan rumahpun gak ada orangnya!
Akhirnya kita cuma ninggalin memo gak berguna yang dislempetin (diselipin) di bawah pintu.
Tak lupa kita foto-foto di depan rumah pak Anas
(Sempat dicap gila oleh penduduk sekitar)

Nah mumpung di Boro Mukti, kita mampir ke rumahnya Lusy buat ngehabisin makanan (mumpung lebaran)
Dan di sinilah rahasia besar Anik terungkap!!!

Gua tahu siapa si "Kursi Siwa" yang notabene pacar si Anik (wow! Semoga tuh adik kelas dikasih ketabahan menghadapi keabnormalan si Anik)
Dengan tanpa berdosa, kita pergi ke pusat kota buat senang-senang. . .!
Kita ditraktir mie ayam sama si Anik yang baik, cantik, imut, dan lucu (memuji karena udah ditraktir) kita ngomongin banyak hal absurd mulai dari si Kursi Siwa sampai gossip tentang diriku hahaha

Eh tanpa diduga, muncul sesosok makhluk bermata besar bernama Malika bersama dengan ibunya...
Aaaah! Katanya lagi mudik ke Banjar? Berarti yang di depan kita ini. . . . SETAN!!!. . . .
Ternyata Malika berangkatnya nanti Sore, pesanku "jangan lupa oleh-olehnya ya!"
. . . Next . . .
Kita jalan-jalan ke Laris buat Shopping gak jelas, kami pergi ke bagian buku-buku tapi yang kuat bertahan di sana cuma aku dan Reza sementara Anik, Septy, dan Andhika pergi ke bagian pakaian (mau beli bra atau celana dalam kali?)
Ow iya, aku beli buku "Kambing Jantan" karya Raditya Dika dan "1 Hari Pintar Ngomong Bahasa Jepang" karya Alan Katsudou dompet terkuras Rp. 58.000,- aku juga nemu beberapa buku bagus lho tapi gak aku beli (Derita Blogger Miskin)

Reza malah beli buku tentang sejarah Bung Karno (mengerikan!!!)
Puas belanja, kamipun pulang ke rumah masing-masing.

Ke Pak Anas Kepanasan -end-