Curhat gak Jelas

Kali ini, aku mau menceritakan tentang masa lalu. Gak terlalu jauh sih masih pada masa-masa SMA, dan ini tentang cewek (cie gak usah pada heboh sendiri kayak gitu kali!)

Dulu, hiduplah dua ekor cicak yang sedang memadu kasih menempel di tembok putih yang dingin (serasa baca dongeng di buku bahasa Indonesia ya?)

Aku pernah punya hubungan yang cukup dekat dengan seorang cewek (sebut dia NeeChan)

(Uhm. . . Terkadang sulit juga harus menuliskan masa lalu, mungkin post kali ini agak sedikit melancholis).

Orangnya gak begitu cantik, manis kalau dikasih gula, kulitnya hitam dan bisa jadi putih mendadak jika didinginkan dengan suhu -3 derajat celcius selama dua hari, dan yang aku dulu suka darinya adalah sikapnya yang agresif dan moe. (SALAH! DIA BUKAN KUTU BERAS)

Semua bermula saat aku dan NeeChan pura-pura pasang status "berpacaran" di Facebook, tebak apa yang terjadi begitu satu sekolahan tau?

Whatever tebak aja sendiri!

Sejak saat itu, hampir tiap hari kita smsan gak nanggung-nanggung isi sms berupa sayang-sayangan, rayu-rayuan, puji-pujian, goda-godaan, cinta-cintaan, sayur-sayuran, buah-buahan, dsb.
Pernah pada suatu hari kita berdua jalan-jalan ke Jogja buat menyerviskan hape IMOnya yang rusak, ea ngobrol berduaan, nyasar bareng, pokoknya apa-apa bareng (kecuali kencing).

Tapi, aku sadar sejak awal aku bukan siapa-siapa dan aku mulai sadar hal itu saat sikapmu yang sesungguhnya muncul.

Menyebutkan namanya di setiap pembicaraan kita sukses membuat aku sadar begitu rendahnya aku.
Melihatmu dapat tertawa lepas dengannya mampu membuat diriku merasa menjadi orang yang gak berguna sedunia.

Melihat dirimu yang dengan bebas bersikap flirt terhadap semua cowok sukses membuatku sebagai orang bodoh.

Melihatmu yang begitu eksis dan suka akan reputasi membuatku sadar kalau aku cuma orang yang kecil di matamu.

Aku dengan segala keterbatasanku dan kamu dengan segala kelebihanmu membuatku sadar kalau hubungan kita sudah salah sejak pertama dimulai.

Jari-jari yang terus menari di atas keyboard ini telah mampu menghibur diriku, dan dengan berhentinya tarian jari ini, aku telah sukses melupakan segala kenangan tentang dirimu.