Perubahan, dan Hal-Hal Gak Jelas Dalam Diriku (n.n)v

Pernah gak sewaktu kita lagi jalan disapa dengan hangat sama orang-orang (terutama cewek ^.^v) hum, pasti pernah kan? Ea minimal diteriakin maling lah!
Tapi di sisi lain, ada juga orang yang gak pernah disadari kehadirannya bahkan dianggap gak penting sama sekali. (Sebenernya elo mau ngomong apa sih Yudh?)
Tau deh, aku juga bingung...
Setiap orang pasti selalu ingin dianggap keberadaannya entah itu kecil maupun besar (apanya?)
Aku ngerasain hal itu, inget banget dah dulu pas SD diriku yang calon pengubah masa depan ini selalu dipandang sinis sama orang-orang sekitar bukan karena mereka iri dengan kegantenganku tapi karena aku dianggap anak pindahan yang punya sikap aneh.
Bayangkan aku yang saat itu masih frustasi sepeninggalnya papaku harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan desa. Ea pindah dari kota ke desa tuh gak gampang, selain karena perbedaan budaya, lingkungan dan sikap orang-orang di desa bener-bener merupakan hal yang baru buatku.
Intinya. . . .
Aku gagal dalam beradaptasi, aku yang terbiasa menyendiri hampir gak punya temen di SD bahkan nama anak-anak sekelas aja banyak yang gak hafal. Padahal di Semarang banyak banget anak-anak yang suka menyendiri dan asik dengan kesendiriannya.
Hum... di kota besar, sikap yang dingin, dan pendiam dianggap sikap yang cool (walau harus didukung wajah yang ganteng juga sih). But in here! Sikap semacam itu malah dianggap sombong (hadeuh)
Intinya aku bener-bener gagal beradaptasi di sini. . .
Beralih ke masa SMP, hum! Aku kayaknya sama sekali gak dianggap. Gak banyak orang yang kenal atau tahu namaku yang jelas aku mencoba untuk bertahan dan kembali beradaptasi.
Lumayan berhasil sih, walau tetap aja jadi anak pendiam.
Huft, di masa SMP ini aku agak risih dengan sikap anak-anak yang sok ndugal, mecicil, dan menjurus ke sifat-sifat sok jagoan nan negatif.
Jadi terkenal bukan berarti harus bersikap nakal kan? Karena itulah aku selalu menjauhi orang-orang yang menurutku gak baik, walau hasilnya selalu dikatain anak yang sok dan sombong.
Halah biarin aja dah!
Habis SMP, aku ngelanjutin di SMA dan di sinilah hidupku mulai berubah!
Jangan bayangkan tiba-tiba aku berubah jadi manusia super seperti Peter Parker yang digigit laba-laba okay mungkin aku berubah gara-gara dicium bencong pasar, tapi perubahan di sini gak seheboh itu kok!
Aku mencoba buat membuka diri (kyaaa keliatan donk!?), mulai mencoba buat ngobrol dengan orang-orang, membiarkan orang-orang mengenal diriku, dan mencoba buat mendekati anak-anak yang nakal.
Walau usaha no. 3 akhirnya gagal seenggaknya di SMA ini aku lumayan terkenal. Aku ingat pas adik kelas tiba-tiba dengan hangat manggil-manggil sambil ngejar diriku

Esti & Mumun: Mas Yudha! Mas Yudha
Me: (menoleh dengan gaya yang sok cool) eh? Ya? Ada apa?
Mumun: mas! Kamu belum bayar kas MEF 7 minggu kan?
***GUBRAK***
Me: oh iya. . .
Mumun: 7000 ya mas nih kertas tagihannya
Me: hehe makasih ya!

Tiiiiit~~~ gak keren banget dah!
Atau pas aku lagi berpapasan sama adik kelas

Umi: huh! (Memalingkan muka)
Esti: Mas Yudha (menyapa dengan ramahnya)
Me: uhm hai! Wa'alaikum salam
Yuniar: eh orang gila lewat
***GEDUBRAK***

Ada juga adik kelas yang selalu nganggep aku anak ROHIS

Amin: mas! Kumpul ROHIS mas!
Me: aku bukan ROHIS!!!
Amin: ah bohong!
Ya Allah, walau aku rajin ke mushola dan akrab sama anak-anak ROHIS tampang mesum kayak aku gini apa pantes disebut anak ROHIS?

Ea sejak bergabung di KIR dan MEF, aku merasa sosok keberadaanku mulai dianggap.
Walau ada juga hubungan yang aneh sama beberapa adik kelas...
Ikh wow! Gak kerasa postingan kali ini jadi panjang banget! Ea aku tahu kalian bosen, jadi aku akhiri sekian.

Eh! Tadi pas liat-liat foto di hape aku nemu satu foto yang bagus... Nih fotonya

Hmmm... Apa yang Andhika dan Anik lakukan di sudut pojok kelas?
Hohoho pikir aja ndiri!

Pesan: kalau pas aku lewat jangan cuma disapa donk! Sekali-kali kasih duit kek!